TARIK ULUR NASYID

Oleh. Maulina Nugraheni
Ketua Yayasan Neoramdhanz Indonesia

Sedikit takut mau bahas ini. Soalnya gak paham fiqh dg detil. Tapi semoga juga gak jd dosa. Jika ada yg salah, berkenan mengingatkan.

Nasyid.
Sejak kenal nasyid semasa SMA, jujur sebenernya maksa. Lagu nasyid gak ada yg asik. Lebih asik lagu-lagunya MLTR atau BSB. Hihi…
Mungkin karena “Nasyid Memang Asyik”nya Fatih belum keluar waktu itu.hehe.

Saya paksa diri suka nasyid sebagai bagian dari perubahan ke arah yg lebih baik. Fase nya saya bagi empat: pertama,memperbanyak koleksi nasyid drpd lagu2 western dan indo lainnya, kedua, full nasyid dan meninggalkan lagu selain nasyid, ketiga hanya nasyid haroki dan ala raihan tanpa nasyid alay dan galau, keempat, meninggalkan lagu apapun termasuk nasyid dan tak menikmati apapun musik yg mampir ke telinga dengan memperbanyak dzikir. Tahun kelima benar2 biasa dengerin musik. Kalau mau menikmati ya dinikmati, kalau nggak ya tinggal dibikin mati rasa. Bisa? Ternyata bisa!

Itu proses yg luar biasa bagi saya, yg dari kecil biasa dengan musik. Tapi pas SMA banyak info bout gonjang ganjingnya musik, jd mikir juga. Apalagi pas tau kalo mentor saya dengan polos bilang bahwa beliau gak bisa yang namanya menikmati musik. Saya penasaran. Kayaknya asik deh bisa terlepas dari jeratan musik dan memenuhi hidup dengan dzikir Al Qur’an. Akhirnya, dari yg gandrung banget sama musik saya memutuskan berproses untuk tidak menikmati sedetikpun jika ada musik. Dari situ saya paham. Every people has his/ her own process.

Tiga hingga empat tahun hidup asing tanpa musik, lalu saya dipertemukan pada anak-anak yang begitu menggebu-gebu di dunia nasyid, didalamnya ada adik kandung saya yg paling ganteng :D.

Dan petualangan selanjutnya pun dimulai. Ada tuntutan2 saya harus mulai rutin dengerin musik apapun untuk referensi. Bukannya semakin menjauh dr musik, skrg malah punya target dengerin musik sejam setiap hari biar punya referensi yang banyak untuk aransemen dan bikin lagu (baru narget kemarin pasca ketemu teman-teman Fathul Jihad)

Kok bisa?

Bisa lah, kepaksanya gitu. Karena status saya mau nggak mau sekarang bukan sekedar manajer nasyid, tapi coach dan mentor nasyid. Dan tak satupun mentee ataupun coachee nasyid saya yg putri. Nahloh!!!

Why I do this?

2011 awal saya terjun jd manajer nasyid. Hanya 6 bulan sejak nasyid yg saya pegang melejit namanya di daerah saya, nasyid jadi idola. Beberapa sekolah mengajukan diri untuk diadakan ekstrakurikuler nasyid di sekolahnya. What? EKSTRAKURIKULER NASYID!!!

Kami tidak mengajukan proposal apapun, mereka yang meminta.
Adakah di daerah Anda yg sekolahnya menganggarkan dana untuk ekstrakurikuler nasyid? Ada 3 sekolah yg dalam kurun waktu 1 tahun kami kelola ekstrakurikuker nasyid. Fee guru ekstra rentang 25rb-150rb per pertemuan. Otomatis nama saya tercatat jd guru ekstra nasyid meskipun berjalannya ekstra,adek2 yg jd pelatih. Tahun pertama berjalan cukup mulus. Tapi tahun kedua dan seterusnya hanya 1-3 anak yg layak jd pelatih, sementara per tahun 7-10 tim yg minta dibina. Otomatis, jd terjun.

Selain itu, para orang tua munsyid-munsyid pelajar di komunitas kami juga selalu mendukung. Banyak dr para orangtua yang memantau langsung perkembangan anak-anaknya melalui aktivitas nasyid ini. Dan kami pun bisa bersinergi dalam pembinaan anak-anak ini.

Adakalanya bbrp adek2 putri juga daftar di sekolah nasyid yg kita adakan dan minta dilatih intensif. Apakah saya tolak? Ya enggak lah.
Mengapa?

Begini,
Mereka datang menyerahan diri untuk dibina. Mereka percaya pada kita. Amazingnya kok ya mereka mau jd munsyid. Bukan yg lain. Terlepas dr apapun alasan pertama mereka yg bikin tertarik sama nasyid, termasuk adik-adik yang putri.

Mereka datang sendiri, kita mau nolak?

Sekali lagi:

Ya enggak lah!!!

Kalo yg putri katanya suara wanita aurot, sekarang pilih mana, mereka gabung jd anak band umum atau gabung jd ana nasyid? Pilih ikutan idol-idol di tipi atau festival nasyid?

Untuk hal-hal begini, saya kembali ke lingkar abbas. Fasenya anak-anak belia tersebut, lagi menggebu-gebunya untuk asah potensi. Bersyukurlah karena mereka mau mengasah potensinya dengan hal-hal yg mudharatnya lebih kecil, dengan bernasyid.

Perbanyak aktivitas kebaikan dulu. Jadikan aktivitas kebaikan ini sebagai kebanggaan mereka. Dampingi selalu aktivitas kebaikan mereka. Beri penguatan-penguatan karakter dan keislaman di sela-sela aktivitasnya. Someday, mereka sendiri akan tiba saatnya bertanya: “adakah aktivitas kebaikan yang lebih baik dr yg aku lakukan sekarang?”

Justru dengan mereka menyerahkan diri untuk di bina, di awal perkenalan nasyid saya sampaikan Fiqh Musik, Lagu dan pro kontra nasyid, termasuk pro kontra nasyid akhwat.
Ini materi yang mungkin anak-anak mentoring pun entar-entar dapetnya. Tapi bagi anak nasyid, materi ini jd materi basic, yang menandakan adanya kesepahaman visi antara saya sebagai pembina dan mereka sebagai binaan saya.

Dari kesatuan pemahaman itu kemudian kita buat kesepakatan dan komitmen bagaimana jadi munsyid yang sebenarnya. Maka, mulailah mereka dikenalkan dengan tahsin dan hafalan Al Qur’an, cek amalan harian (sholat 5 waktu, sholat berjamaah, qiyamul lail, dll), ta’lim pekanan, bersemangat dengan dakwah, selaku ingin menginspirasi orang lain, dan lain-lain.

Eniwei, bagi saya nasyid adalah sarana. Sarana mendekatkan orang dengan Islam. Mungkin tak banyak yang terlalu berani mengambil jalan ini. Maka, doakan saya dan orang-orang yg menjadikan nasyid sebagai sarana pembinaan.

Doakan agar kami komitmen dan istiqomah di jalan Allah.

Agar kami tetap memegang teguh prinsip-prinsip yang dianjurkan oleh para ulama tentang musik dan nasyid.

Agar kami mampu menjaga diri kami dari hal-hal mubah berlebihan yang justru mengantarkan pada sesuatu yang haram (na’udzubillah).

Agar kami tetap menjadikan ketaatan pada Allah dan Rasulullah sebagai satu-satunya jalan untuk senantiasa berada dalam fitrah kami.

Terakhir, inilah penguat visi dalam bernasyid

“Menarik utk mengembalikan nasyid kepada fungsinya sebagai syiar Islam, penumbuh semangat dakwah-tarbiyah-jihad, dan sarana nasyrul fikroh.

Bukan sekedar seni.

Sya’ir dalam pembinaan memiliki peran penting, karena membantu membina su’ur. Tentu posisinya setelah Alquran, jangan dibalik”
(Gumilar, 2015)

#nasyidmemangasyik
#bepositive,beinspiring

Posted on May 30, 2015, in Uncategorized. Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment